Semasa aku pulang
ke desa permai
ku lihat di permatang sawah
petani begitu tekun berkerja
menanam dan mencari rezeki
di bumi yang indah ini
Aku lalu duduk
melabuhkan punggung di tali air
merenung ikan rancak menari
irama lagu anak petani
yang semakin pincang melodinya
Ku renung
sawah yang terbentang
semakin gersang dijajah kemodenan
tinggal hanya tulang-tulang tua
membanting, berjuang penuh semangat
demi meneruskan sebuah tradisi
tradisi yang tercemar oleh
lumpur yang hina lagi ternoda
Aku, petani dan sawah
mencari dan dicari oleh
peredaran masa silih berganti
memanjat usia dan tradisi
namun begitu,
aku, petani dan sawah
tetap melingkar dan berbaur
dalam satu pengertian
milik yang Satu
Majalah Maxwellian 1995
No comments:
Post a Comment